Tiga Kata Itu Tidak Cukup, Sayang
Suatu hari, sepasang kekasih yang bernama Arya dan Aryani sedang
duduk di tepi danau. Saling bergandengan tangan dan terdiam. Tak lama
kemudian, pasangan Aryani membuka suara.
Aryani: Apakah kau benar mencintaiku?
Arya: Tentu saja, sayang.
Aryani: Aku ingin mendengar dari bibirmu sendiri. Bukan kau mengatakannya saat aku bertanya saja.
Arya: Ahhh... kukira aku tak harus sampai begitu.
Aryani: Lho, mengapa tidak?
Arya: Hmm... karena apa yah...
Aryani: Aku kan hanya ingin kau mengatakan kalau kau mencintai aku. Itu saja, kenapa sepertinya sulit sih?
Arya: Tapi aku tidak bisa
Aryanipun
mulai menangis sesenggukan. Pikirannya kalut dan ia mulai yakin bahwa
Arya tidak serius kepadanya. Ia hanya bermain-main, dan ia tak pernah
mencintainya.
Aryani: Kalau begitu kau tidak mencintaiku!
Masih terdiam dan memandangi air yang mengalir tenang. Aryani membiarkan air mata membasahi pipinya.
Aryani: Mengapa? Mengapa kau begitu tega terhadapku?
Arya: Jadi, apakah kau benar-benar ingin tahu?
Aryani: Tentu saja! (bentaknya)
Aryapun
meraih bahu Aryani dan memeluk tubuh kecilnya itu dengan erat. Mencium
keningnya dengan perlahan dan berbisik di telinganya, "karena tiga kata
itu tidak cukup untuk mengungkapkan betapa aku mencintaimu, sayang..."
Cinta. Tak pernah cukup diungkapkan lewat tiga kata 'Aku cinta kamu'. Percayalah, cinta itu lebih dari sekedar itu...
Kisah Cinta Dalam Secangkir Kopi Asin
Nenekku populer sebagai gadis yang tercantik di kotanya saat itu.
Banyak pemuda yang menaruh hati pada nenek dan bersedia memberikan
cintanya. Mulai dari yang tampan hingga yang kaya berusaha menarik
perhatian nenek, tetapi nenek tak pernah tertarik pada semua pemuda itu.
Hingga
suatu saat kakek bertemu nenek di sebuah pesta. Kakekku adalah pemuda
yang biasa-biasa saja. Tidak tampan, dan tidak kaya. Hari itu ia
mengumpulkan semua keberanian dirinya untuk menyapa nenek. Mengajaknya
sekedar menikmati secangkir kopi di sebuah coffee shop di ujung kota.
Entah mengapa nenek mengiyakan ajakannya. Berharap segera keluar dari
hiruk pikuk pesta.
Di sana mereka duduk berhadapan, dengan wajah
cemas kakek berharap bisa berbincang banyak dengan nenek yang saat itu
cuek dan tak terlihat tertarik sama sekali. Kata nenek sih, ia menerima
ajakan kakek karena telah merasa bosan dengan pesta tersebut. Nenek
menggunakan alasan kakek agar ia bisa pergi dan segera pulang. Di tengah
perbincangan yang membisu, kakek memanggil pelayan coffee shop
tersebut. "Pak, bolehkah aku meminta sedikit garam untuk dimasukkan pada
kopi ini?" Semua orang yang ada di sekitar kakek dan nenek keheranan.
Untuk apa garam dimasukkan ke dalam secangkir kopi?
Hal tersebut berhasil menarik perhatian nenek. "Untuk apa kau menaruh garam di dalam kopimu?" tanya nenek.
"Oh...
ini hanya sebuah kebiasaan lama ayahku. Dulu aku tinggal di sebuah desa
dekat pesisir pantai. Di sana kami biasa menambah garam pada kopi agar
tetap ingat pada laut, tempat tinggal kami. Dan, hari ini aku rindu
kampung halamanku. Aku juga rindu pada orang tuaku yang sudah meninggal.
Agar aku tak lupa akan mereka, aku terbiasa menaruh garam di dalam
kopiku," tutur kakek.
Nenekpun merasa tersentuh. Tak pernah
ditemui pemuda semanis kakek. Sejak saat itu, mereka selalu pergi
berkencan dan bercerita panjang lebar. Merekapun akhirnya menikah. Hidup
bahagia, hingga punya banyak anak dan cucu.
Suatu kali, di ulang
tahun pernikahan ke-50, kakek akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya.
Di sebuah kotak berisi perhiasan kado ulang tahun pernikahan,
ditinggalkannya secarik surat untuk nenek. Karena mata nenek sudah
kurang awas untuk membaca, maka ia memintaku untuk membacanya. Kira-kira
beginilah isi surat itu...
Gemma yang terkasih,
Aku
meminta maaf akan sebuah kesalahan yang sangat besar, yang pernah
kulakukan sepanjang hidupku. Aku menyimpan sebuah kebohongan besar
selama ini. Ingatkah saat aku mengajakmu ke coffee shop hari itu? Saat
itu aku sangat gugup sekali. Saking gugupnya aku ingin meminta tambahan
gula untuk kopiku. Namun, entah kenapa yang terucap adalah aku meminta
garam.
Aku tak ingin terlihat konyol di depanmu. Dan akhirnya aku
mengarang cerita itu. Aku tak tahu lagi harus bagaimana. Kau terlihat
begitu cantik dan sempurna, hingga aku tak ingin melepaskanmu.
Tetapi,
percayalah sayang... bahwa sepanjang hidupku aku sangat mencintaimu.
Aku tak ingin kehilangan diriku. Sehingga sekalipun setiap pagi kau
buatkan kopi asin itu, semua selalu terasa manis karenamu. Jujur saja,
kau mungkin tak akan suka rasanya, karena sebenarnya rasanya sungguh
tidak enak.
Gemma, aku hanya ingin kau tahu bahwa aku sangat mencintaimu.
Air
mata nenekpun turun membasahi pipinya. Ia sadar betapa besarnya cinta
kakek padanya. Sejak saat itupun ia selalu menambahkan garam di dalam
kopinya. Setiap kali ada orang yang bertanya bagaimanakah rasa kopi bila
ditambah garam, ia akan menjawabnya "rasanya manis sekali :)"
Mengapa Kamu Mencintaiku?
Suatu
hari, seorang pasangan kekasih sedang berjalan-jalan di taman.
Dipetiknya sebuah bunga yang cantik oleh si pria dan diberikan kepada
kekasihnya, "ini untukmu sayang." Di luar dugaan, kekasihnya justru
terdiam. Tak berapa lama kemudian ia bertanya pada kekasihnya?
Wanita: Kenapa kau menyukaiku? kenapa kau mencintaiku?
Pria: Aku juga tidak tahu alasannya. Tetapi aku sangat menyukaimu, aku mencintaimu, sayang.
Wanita:
Kamu jahat. Kamu bahkan tidak bisa menyebutkan satu alasanpun mengapa
kau menyukai aku. Kalau suatu saat nanti ada yang lebih cantik dari aku
pasti kau akan meninggalkan aku. Bagaimana bisa kau bilang kau
mencintaiku jika kau tak tahu alasannya?
Pria: Aku benar-benar
tidak tahu alasannya, sayang. Tetapi, bukankah perhatian, kasih sayang
dan kehadiranku di hidupmu sudah menjadi bukti cintaku?
Wanita: Bukti apa? Semua tidak membuktikan apapun. Aku hanya butuh alasan, kenapa kamu bisa menyukaiku? Kenapa kamu mencintaiku?
Pria:
Baiklah, akan kucoba cari alasannya. Eum... karena kamu cantik, kamu
punya suara yang indah, kulitmu halus, rambutmu lembut... Cukupkah
alasan itu?
Kekasihnya kemudian mengangguk, dan menerima bunga itu dengan senang hati.
***
Beberapa
hari kemudian, sebuah kecelakaan menimpa wanita tersebut. Ia harus
kehilangan rambutnya yang panjang dan lembut karena terjepit dan
terpaksa harus dipotong. Ia juga harus kehilangan suara dalam beberapa
waktu karena pita suaranya terbentur keras. Kulitnya yang dulu halus
mulus kini terpapar beberapa jahitan. Ia terbaring tak berdaya.
Di sampingnya ada secarik surat. Iapun membacanya.
"Kekasihku,
Karena suaramu tak lagi semerdu dulu, bagaimana aku bisa mencintaimu?
Dan karena rambutmu kini sudah tak panjang dan lembut lagi, aku tak bisa membelainya. Aku juga tak bisa mencintaimu.
Apalagi kini banyak jahitan di wajahmu yang dulu mulus.
Jika benar cinta itu butuh alasan, kurasa aku benar-benar tak bisa mencintaimu lagi sekarang.
Tetapi....
Cintaku bukan cinta yang palsu.
Cintaku
kepadamu tulus. Aku menyukai dirimu yang apa adanya. Aku tidak jatuh
cinta karena kau punya suara yang merdu, rambut yang indah serta kulit
yang mulus. Aku mencintaimu tanpa alasan apapun.
Sampai kapanpun,
aku tetap akan mencintaimu. Sekalipun nanti rambut putihmu mulai
tumbuh, kulitmu mulai menua dan keriput, aku selalu mencintaimu.
Menikahlah denganku..."
Cinta
tak pernah membutuhkan alasan. Ia juga akan tetap hadir secara
misterius. Datang tanpa pernah diduga sebelumnya. Percayalah akan
kekuatan cinta, karena kau tak pernah tahu seberapa besar ia akan
membuat hidupmu bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar